Kamis, 01 Agustus 2013

Review Novel Macaroon Love: Lika-Liku Hidup si Gadis Aneh

Judul buku : Macaroon Love – Cinta Berjuta Rasa
Penulis : Winda Krisnadefa
Penyunting : Rini Nurul Badariah
Proofreader : Dina Savitri
Cetakan : I, Maret 2013
Tebal : 264 halaman
Penerbit : Qanita - PT Mizan Pustaka
ISBN :  978-602-9225-83-9


Magali begitu benci pada namanya sendiri. Nama yang membuat ia jadi bahan olok-olokan — tukang gali sumur dan kubur— sesungguhnya istimewa. Menurut bahasa Perancis, magali berarti mutiara. Dalam makna lain, daughter of the sea. Memiliki sifat dan selera yang tak umum, berasal dari keluarga yang ‘ajaib’ pula, makin menebalkan keyakinan Magali perihal namanya sebagai pembawa kutukan. Hingga suatu hari, Magali berjumpa Ammar di sebuah restoran cepat saji. Fakta Ammar: tampan, memiliki selera aneh yang sama, punya restoran bernama Suguhan Magali, plus bekerja sebagai koki seperti ayahnya, mulai menyita perhatian Magali. Semenjak itu, terjadi sejumlah perubahan dalam hidup Magali. Hingga pada suatu titik, Magali harus menjauh dari Ammar untuk memastikan perasaannya. 
***
Jarang ada novel yang memusatkan perhatian pada nama tokoh utamanya. Ditambah makanan sebagai latar cerita, membuatku ketagihan ‘melahap’ setiap halamannya. Gimana nggak nagih coba, novel ini membuka wawasanku tentang dunia kuliner. Mulai dari psikologi kuliner (halaman 57), ‘jalan’ membangun restoran (halaman 139), serta chef-chef ternama (halaman 133 dan 169). Berasa punya bekal ilmu deh, sebelum praktek buka restoran seafood di masa depan nanti *khayalan tingkat tinggi   c(◦ˆˆ)>

Tak hanya itu, pembaca juga disuguhi info ‘di belakang layar’ majalah lifestyle. Seperti manajemennya (halaman 83-84), tugas seorang food writer (halaman 60-63), serta cara mengonsep rubrik majalah (halaman 161). Hal lain yang membuatku terkesan adalah tokoh-tokohnya: Magali, Beau, Jodhi, Nene dan Ammar. They are eccentric people! Apalagi tokoh utamanya, Magali, rada mirip aku soale, hahaha. Awalnya aku juga berpikir diri ini cukup aneh, demen memadupadankan makanan. Ternyata Magali dan Ammar juga begitu. Serasa ada teman sealiran deh, wkwkwk.  :p

Contohnya nih, orang mungkin terbiasa makan roti tawar dengan margarin dan taburan meises. Beda denganku. Roti tawar kuoles dengan saus BBq dan selai coklat, diisi potongan kecil wortel dan tomat, ikan goreng tepung/nugget plus saus sambal. Di lain kesempatan, aku melahap roti burger yang dioles selai juga, daging ham-nya diganti udang tepung crispy, brokoli sebagai pengganti selada, dan saus tomat. Gimana, aneh nggak pilihan makananku? Tapi di lidahku, yummy-yummy aja tuh! I think aku nggak bakal berhenti memadupadankan makanan, karena bagiku berpetualang rasa itu seasyik travelling. Makanya, aku setuju banget waktu Magali bilang gini, “bagi saya pribadi, makanan itu soal kreativitas dan selera” (halaman 193).


Roti lapis ala Annisa Rona. Kiri saus BBQ, kanan selai coklat. Menu sahur beberapa hari lalu.
Dokumen : pribadi


Next, jalinan cerita novel ini cukup runut, penuturannya lincah. Penulis juga piawai menggambarkan tahap-tahap perubahan hidup Magali secara mendetail. Belum lagi, percakapan antar tokoh terasa segar, ringan nan menggelitik di beberapa bagian. Namun sayangnya, konflik terasa kurang seru dan tajam. Sampai-sampai aku bingung menemukan di mana titik klimaksnya.

Selain itu sebagai novel roman, mestinya yang dominan adalah perjuangan cinta kedua tokoh utama. Aku merasa hubungan Magali-Ammar cuma kisah pendukung, dalam novel yang menurutku lebih cocok dikategorikan novel about passion. Soalnya, kelihatan banget fokusnya pada pribadi Magali (sosok dan keluarga) serta perjalanan kariernya dari bawah.

Walau demikian, secara keseluruhan aku tetap menyukai novel ML. Bukan hal yang mudah menulis novel tentang dua dunia sekaligus — dunia kuliner dan jurnalistik — pasti butuh riset mendalam yang lama waktunya. Karena itu, untuk riset yang OK serta penyajiannya yang cukup baik, kuberi 3,5 bintang dari 5. Recommended book!   


Words : 500 kata (tidak termasuk data buku & judul resensi)

NB : postingan ini diikutkan dalam Lomba Review Macaroon Love Bersama Smartfren dan Mizan.


Novel Macaroon Love, hadiah dari kuis di FB.
Dokumen : pribadi

Tak ada macaroon, waffel pun jadi. Annisa Rona lagi baca novel sambil ngemil waffel.
Dokumen : pribadi

banner Smarfren


2 komentar:

  1. Enak juga makanan seleramu itu, Vit :D

    BalasHapus
  2. Yoyoi donk! By the way, Bunda Leyla dah pernah nyobain tuh makanan belum? :p

    BalasHapus