Sabtu, 29 Desember 2012

Pureit, Inovasi Teknologi Pengolahan Air Terkini


Kita semua tahu, air sangat vital peranannya dalam kehidupan. Mulai dari air untuk diminum, mencuci, mengairi sawah-ladang-kebun, pembangkit tenaga listrik, dan sebagainya. Saking pentingnya air (terutama air bersih), sampai-sampai terjadi pergeseran cara perolehan air. Air yang tadinya termasuk sumber daya yang bebas diambil dan dimanfaatkan oleh manusia, kini menjadi komoditas ekonomi, misalkan dalam bentuk air mineral kemasan dan pendistribusian air oleh PDAM. Mungkin hanya di daerah pedesaan/pedalaman saja yang masih bisa menimba air secara cuma-cuma melalui sungai, sumur dan sumber mata air lainnya. Sementara di daerah perkotaan, di mana jumlah penduduknya secara umum cukup banyak, menjadikan kebutuhan air bersih semakin mendesak. Di sisi lain, pencemaran dan kerusakan lingkungan menyebabkan ketersediaan air bersih cenderung berkurang, sehingga di sejumlah daerah perkotaan mengalami krisis air bersih.     

Salah satu daerah perkotaan di Indonesia yang mengalami krisis air bersih adalah DKI Jakarta. Selama ini Jakarta bergantung pada wilayah sekitar. Sumber air yang dimanfaatkan warga Jakarta berasal dari Sungai Citarum (Jawa Barat), Sungai Cisadane (Banten) dan Kali Krukut (Jakarta). Menurut data yang dilansir harian Kompas, pemanfaatan air di Jakarta baru 2,2 persen dari keseluruhan distribusi ke warga sebesar 18,7 meter per detik. Distribusi itu setara dengan 36 persen dari kebutuhan warga Ibu Kota[1]. Di saat mayoritas sungai maupun anak sungai yang membelah kota Jakarta tak semuanya layak konsumsi, pemerintah belum menambah atau mencari sumber air baru. Alhasil warga berlomba-lomba menyedot air tanah, yang bila tak dikontrol penggunaannya bisa berdampak pada penurunan tanah daratan Jakarta.    

Tak hanya warga Jakarta di darat saja yang mengalami krisis airbersih, warga Kepulauan Seribu pun merasakan hal yang sama, terutama air untuk minum dan memasak. Krisis air yang terjadi di Pulau Panggang, Pulau Harapan dan Pulau Kelapa disebabkan oleh stok sumber air yang makin menipis. Terdapat gap antara debit air yang dihasilkan dari mesin pengolahan air tanah reverses osmosis (RO) dengan kebutuhan warga setempat. Sebagai gambaran, Pulau Kelapa yang dihuni 6.174 jiwa butuh air bersih sebanyak 24.696 liter per hari. Sementara suplai air bersih dari mesin RO kurang memadai, kapasitasnya hanya sampai 3.000 liter air per hari[2]. Belum lagi sumber alternatif seperti sumur, yang airnya mulai terasa asin.

Akibat keterbatasan air bersih, warga kepulauan terpaksa membeli air mineral di Muara Angke atau Tangerang. Namun oleh karena biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan itu cukup besar, warga beralih meminta bantuan air bersih kepada PT China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) International Ltd yakni sebuah perusahaan swasta milik Cina yang melakukan pengeboran minyak di kawasan Kepulauan Seribu. Ternyata bantuan 10 ton liter air bersih untuk ketiga pulau tersebut, hanya dapat bertahan selama satu minggu[3]. Oleh karena itu, langkah-langkah konkret perlu segera dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

Selama ini telah dikenal berbagai macam teknik desalinasi (pengolahan air laut menjadi air tawar) yakni dengan penyulingan, reverse osmosis (RO), dan evaporator[4]. Akan tetapi, desalinasi bukan tanpa kendala. Kendala yang dihadapi berupa biaya yang tinggi akibat pemakaian bahan kimia. Selain itu, proses pengolahan juga cukup rumit untuk dimengerti oleh orang awam. Karena itulah, pemerintah perlu mengupayakan alat desalinasi yang lebih cocok diterapkan masyarakat kepulauan yang mayoritas berpenghasilan rendah. Kabar terbaru menyatakan Pusat Teknologi Lingkungan (PTL) BPPT berhasil membangun pilot plan Unit Pengolahan Air Payau Menjadi Air Siap Minum dengan Kapasitas 10.000 – 20.000 liter per hari[5]. Hanya saja, alat tersebut baru bisa diterapkan di Kabupaten Barito Kuala (Batola). Semoga ke depannya, pilot plan sistem pengolahan air payau itu bisa diaplikasikan di daerah lain, termasuk di Kepulauan Seribu. Bagaimanapun juga, keberadaan alat pengolah air laut sangat dinantikan warga Kepulauan Seribu, mengingat minimnya pasokan air bersih di sana. Ketersediaan fasilitas air bersih yang memadai, secara tidak langsung turut andil dalam pemeliharaan kesehatan warga setempat.

Salah satu teknologi pemurnian air terkini bin mutakhir adalah produk keluaran Unilever yang bernama Pureit. Pureit itu semacam waterpurifier yang didesain sedemikian rupa mampu membunuh bakteri, virus dan parasit, hingga air tersebut aman kita konsumsi. Keistimewaan dari pureit antara lain :    
1) Air yang di-pureit-in jernih dengan rasa alami
2) Air yang hendak di-pureit-in tak perlu dimasak
3) Lebih murah dan praktis karena tanpa menggunakan galon
4) Hemat gas, jadi gas yang tadinya khusus memasak air, bisa dialihkan untuk memasak lainnya
5) Mudah dipakai, kita tinggal menuangkan air tanah/PAM mentah ke dalam Pureit.

Perbandingan Keuntungan Pemakaian Pureit (sumber : http://www.pureitwater.com/ID/comparison-chart)
Lantas bagaimana cara kerja Pureit itu? Pureit mensterilkan air lewat empat tahapan yakni pertama, air mentah disaring dengan penyaring serat mikro, agar kotoran/kuman musnah. Kedua, air mentah tadi difilter lapisan karbon aktif, tujuannya untuk menghilangkan pestisida dan parasit-parasit berbahaya. Ketiga, merupakan ‘gerakan bersih-bersih’ air dari semua virus dan bakteri melalui Prosesor Pembunuh Kuman alias ‘programmed disinfection technology’. Sementara tahap keempat, merupakan fase penjernihan air agar tak berbau, dengan rasa yang segar nan alami.

 
Pureit, Sebuah Inovasi Dalam Teknologi Pengolahan Air (sumber : http://www.pureitwater.com)

Hebatnya lagi, keempat tahap pemurnian air
itu dilakukan oleh alat yang disebut germkill kit, yang dirancang mampu menghasilkan 1500 liter air pada temperature air 25°C, dalam kondisi kelembaban normal. Setelah mencapai angka segitu, germkill kit harus diganti. Namun kita tak perlu khawatir bakal kelewatan, sebab Pureit diperkaya indikator unik, yang akan memberitahu kita waktunya mengganti germkill kit. Selain itu, bila germkill kit tak diganti tepat pada waktunya, Pureit masih bisa menghentikan aliran air secara otomatis, sampai penggantian germkill kit dilakukan. Penggantian tersebut semata-mata agar air yang dihasilkan terjamin keamanan dan kebersihannya.

Lantas, dapatkah Pureit menghilangkan kandungan garam dari air? Atau bolehkah menuangkan air payau ke dalam Pureit? Jawabannya ya, Pureit mampu menyingkirkan material berbahaya, namun Pureit tidak bisa menghilangkan sepenuhnya kandungan garam dari air. Bahkan Pureit tetap mempertahankan beberapa jenis garam yang baik untuk kesehatan, seperti kalsium, magnesium dan sodium. Jadi bisa dikatakan, kita boleh-boleh saja menuangkan air payau ke dalam Pureit. Air tersebut akan terbebas dari kuman berbahaya. Namun demikian, Pureit tak selalu dapat memperbaiki rasa air, dan menuangkan air payau/air laut ke dalam Pureit lambat laun mengakibatkan penyumbatan pada Pureit [6]. Dengan demikian, kesimpulannya Pureit bisa jadi salah 1 alternatif media pengadaan air bersih bagi warga Kepulauan Seribu karena sifatnya yang mampu mengusir kuman berbahaya. Namun bila dikaitkan dengan ketahanan Pureit itu sendiri, tak disarankan sering-sering menggunakan air payau/air laut untuk diolah oleh Pureit.

Meski demikian keberadaan Pureit secara tidak langsung turut mengedukasi masyarakat agar mengurangi pemakaian air galon maupun air minum dalam kemasan lainnya, yang dalam jangka panjang bakal berdampak pada kelestarian sumber mata air pegunungan. Selain itu, karena keandalan Pureit yang tak sampai menggunakan energi listrik maupun gas serta harganya yang terjangkau, secara tidak langsung masyarakat diajak untuk berhemat.  

Mari bersama Pureit, kita pastikan keamanan air minum keluarga dan turut mendukung pelestarian lingkungan hidup!



NB : tulisan ini diikutkan dalam Lomba Blog #airpureit.



[1] Redaksi. Kapan Kebutuhan Air Warga DKI Terpenuhi.  Kompas, Kamis 20 Desember 2012, hal. 27
[2] Redaksi. Kemarau Panjang, Kepulauan Seribu Krisis Air Bersih. http://www.lensaindonesia.com/2011/09/10/kemarau-panjang-kepulauan-seribu-krisis-air-bersih.html
[3] Redaksi. Warga Kep Seribu Kesulitan Air Bersih. http://www.harianterbit.com/2012/09/19/warga-kep-seribu-kesulitan-air-bersih/
[4] http://asfarsyafar.blogspot.com/2012/03/kategori-pelajar-upaya-penanggulangan.html
[5] Redaksi. Solusi Air Bersih BPPT Bagi Masyarakat Lupak, Ubah Air Asin dan Payau menjadi air siap minum. . http://www.bppt.go.id/index.php/component/content/article/62-teknologi-kelautan-dan-kedirgantaraan/1294-solusi-air-bersih-bppt-bagi-masyarakat-lupak-ubah-air-asin-dan-payau-menjadi-air-siap-minum

[6] http://www.pureitwater.com/ID/faqs

Rabu, 05 Desember 2012

Selasa, 04 Desember 2012

[Kontes Foto] Angry Baby, Angry Kid


Ini foto nephew Rafif waktu dia masih 14 bulan umurnya. Oleh babehnya, Rafif dijadiin model dadakan. Jepret sana, jepret sini. Pose begini, pose begitu. Nah, giliran Rafif mau ganti peran di balik lensa, sama babehnya malah dilarang. Nggak heran, Rafif mangkel berat. Lihat deh, ekspresinya Rafif pas dilarang megang kamera... ampe nonjok hidungnya sendiri!     (◦ˆˆ)


“Sini, pinjem kameranya, Ayaaah!”    ( •_• )    


Nah, kalau yang ini foto Rafif udah gedean dikiiit... pas wisuda TK bulan Juni kemarin. Ceritanya tuh sambil nunggu acaranya dimulai, Rafif dikasih camilan sama emaknya biar nggak bete. Eh, sama sepupunya (Arul), Rafif dijahilin. Karena kesal, kepalan tangan pun ‘berbicara’ *hahaha....  ˆ)

 


Nah, ini foto dua bocah sebaya tapi beda 'strata' dalam keluarga. Sebelah kiri, anaknya paman alias sepupuku yang akhir bulan nanti ultah ke-4, namanya Dafin. Sementara yang kanan nephew Syamil, yang 2 bulan lagi bakal tiup 4 lilin di kuenya. Libur Idul Adha kemarin, sebelum lihat potong kambing, mereka berdua main dulu di rumah Syamil. Harap maklum ya, meski cowok tapi mainannya panci dkk, qiqiqi. Awal-awal sih mereka akur, tapi lama-lama entah kenapa jadi rebutan blender. Tuh, lihat sendiri saking serunya ‘pertarungan’ mereka sampai saling cubit! Nggak ada yang mau ngalah soale. (•ˆ ˆ•)


NB :
Foto-foto di atas diikutsertakan dalam kontes Angry Baby, Angry Kid.