Minggu, 30 Juni 2013

Ten Things I Hope from GagasMedia #unforgotTEN

Dear GagasMedia,

A decade is not a short time to develop. It takes a deep commitment and consistent hard work. I applaud your tireless dedication, so it could be great as it is now. And here's ten things I hope from GagasMedia #unforgotTEN :

1) Semoga buku-buku GagasMedia menjadi sumber D'inspiration para pembaca

2) Semoga GagasMedia Tetap Setia dengan ciri khasnya selama ini, yaitu pemilihan cover yang menawan dan kertas buku yang berkualitas baik.

3) Saya harap GagasMedia turut serta menyebarkan Virus membaca melalui bedah buku/road show di sejumlah kota. Jadi tak hanya untuk kepentingan promo saja, tapi juga aktif mendorong masyarakat agar gemar membaca.

4) GagasMedia pasti Nggak Ada Duanya deh, bila rutin melakukan CSR seperti bakti sosial donor darah, bagi-bagi buku ke perpustakaan/rumah baca/taman bacaan masyarakat, dan sebagainya.

5) Berjanjilah padaku untuk menyelenggarakan Festival #GagasAddict setahun sekali, pada saat ultah GagasMedia. Festival ini bakal ada program diskon semua buku terbitan GagasMedia, obral/bagi-bagi souvenir Gagas, book signing, talkshow/seminar/workshop, dan sebagainya.

6) Saya harap GagasMedia Always mengorbitkan penulis-penulis muda berbakat, misal yang disaring dari kelas/pelatihan penulisan. Nantinya penulis berbakat itu diberi kesempatan untuk nulis bareng alias ‘berduet’ dengan penulis-penulis ‘senior’ macam Orizuka, Sefryana Khairil, Christian Simamora, Ollie, Winna Efendi, Windy Ariestanty, dan lainnya. Jadi kayak Gagas Duet, cuma duetnya antara penulis ‘senior’ dengan ‘yunior’.

7) Kudengar dari teman-teman penulis, untuk ‘menembus’ GagasMedia itu sulit, sama seperti penerbit mayor lainnya. Oleh karena itu, Aku Mau GagasMedia rutin mengadakan lomba penulisan (cerpen/novelet/FF) supaya kita-kita yang belum bisa meloloskan karya solonya di Gagas, setidaknya bisa nembuslah, walau ‘hanya’ berupa antologi. Yaah, kayak Sayembara Menulis ‘Dongeng Patah Hati’ gitu, hehe.

8) GagasMedia sesekali dong, undang penulis/pengarang luar yang bukunya diterjemahkan oleh Gagas sendiri. Jadi, acara temu penulisnya tak hanya dengan penulis lokal, tapi juga penulis asing. Namun bila belum memungkinkan, boljug tuh GagasMedia memfasilitasi wawancara penulis asing dengan pembaca Indonesia. Misalnya, Interview with Sue Monk Kidd, Daniel Gothlieb, Joyce Chapman Lebra dan/atau penulis asing lainnya. Semoga GagasMedia berkenan mempertimbangkan Permintaan Hati ini.

9) Sudah Waktunya GagasMedia membuka layanan GaMOL alias GagasMediaOnLine. Gunanya untuk melayani (calon) konsumen yang tak sempat ke toko buku atau memang di kotanya minim toko buku. Tentunya ada harga khusus bagi konsumen yang memesan via online.

10) Jangan Lupakan pembaca setia yang berkontribusi membesarkan GagasMedia menjadi seperti sekarang. Oleh karena itu, mungkin bisa dipertimbangkan program Kado Buku untuk pembaca Gagas yang beruntung setiap bulannya.

Anyway, Selamat Untukmu yang telah mencapai satu dasawarsa. Semoga eksistensimu berlanjut hingga 1000 Tahun lamanya.  (✪‿✪)


NB :

Kata-kata yang dicetak tebal itu judul lagu penyanyi tertentu. Nggak ada maksud apa-apa, cuma lagi iseng aja bikin kalimat dari judul-judul lagu, hoho...    <(^o^)v
* D'inspiration (RAN), Tetap Setia (LaLuna), Virus (Slank), Nggak Ada Duanya (Slank), Berjanjilah (UNGU), Always (Bon Jovi), Aku Mau (Once), Permintaan Hati (Letto), Sudah Waktunya (Jikustik), Jangan Lupakan (Nidji), Selamat Untukmu (Andre Hehanusa), 1000 Tahun (Jikustik).

*postingan ini diikutkan dalam ajang "10 Things I Hope from GagasMedia #unforgotTEN", info di sini.


Sabtu, 08 Juni 2013

Wisata Bandung Terseru Sekaligus Edukatif


Wisata Bandung – Bulan Juli adalah waktu yang ditunggu-tunggu, karena bulan ketujuh dalam kalender Masehi identik dengan momen liburan. Ya, setelah berbulan-bulan disibukkan oleh urusan kantor maupun sekolah, ada baiknya kita jeda sejenak dari segala macam rutinitas. Salah satunya, dengan berwisata. Dan, pada bulan Juli tahun lalu, aku beserta keluarga berekreasi ke kota kembang. Menghabiskan waktu tiga hari di Paris van Java ini sungguh menyenangkan. Betapa tidak, Bandung dikenal kaya akan tempat liburan yang menarik. Sebut saja Tangkuban Perahu, Kawah Putih, Boscha, dan lain-lain. Tak heran, wisata Bandung menjadi salah satu destinasi favorit keluarga di Pulau Jawa. 
     
            Pagi hari tanggal 4 Juli 2012, kami sekeluarga berangkat dari Jakarta menuju Bandung. Alhamdulillah, perjalanan darat selama tiga jam cukup lancar. Sekitar pukul 11.00 WIB mobil telah memasuki wilayah Bandung, langsung berwisata kuliner di restoran yang terletak di Jalan Setiabudi No. 295, Bandung. Puas bermain dan bersantap siang di sana, kami beranjak ke tempat yang menjadi ikon kota Bandung yakni Gedung Sate. Walau sempat terjebak macet di daerah Cihampelas, tak menyurutkan niat kami untuk berfoto-foto di depan kantor Gubernur Jawa Barat itu. Selesai bernarsis ria, kami mulai mencari hotel untuk rehat sejenak sebelum melanjutkan sesi jalan-jalan berikutnya. Sehabis shalat Maghrib, kami keluar hotel untuk makan malam di sebuah restoran. Setelah mengenyangkan perut, kami menikmati udara malam Bandung yang sejuk dengan berjalan kaki dari satu distro ke distro yang lain. Kala waktu menunjukkan jam sembilan malam, kami kembali ke hotel untuk melepas lelah.
             Wisata Bandung di hari berikutnya tak kalah menggembirakan. Bagaimana tidak, kami mengunjungi tempat rekreasi keluarga berkelas dunia, dan satu-satunya di kota Bandung. Apalagi kalau bukan, Trans Studio Bandung (TSB). Berlokasi di Jl. Gatot Subroto 289, TSB adalah pusat hiburan berkonsep indoor theme park. Kabarnya, luas indoor theme park yang digadang-gadang terbesar di Indonesia sekaligus dunia ini mencapai 4,2 hektar atau delapan kali luas lapangan sepakbola. Wow, luas bangeeet! Berkunjung ke TSB kita bakal disuguhkan 20 permainan modern serta beragam jenis pertunjukan. Semua wahana itu terbagi ke dalam tiga kawasan dengan tema unik nan berbeda yakni Studio Central (Hollywood), Magic Corner (mistis), dan Lost City (jelajah alam).
 
            Usai melewati pemeriksaan tiket, kami disambut pemandangan arsitektur Hollywood era 1960-an. Wuih... menyusuri kawasan Studio Central tuh, serasa lagi di LA lho! Bukan Lenteng Agung pastinya, tapi Los Angeles. Bagaimana tidak, di area ini kami bertemu dengan bintang-bintang tenar sekaliber Elvis Presley, Merlyn Monroe, Michael Jackson dkk di Walk of Fame. Keberadaan panggung pertunjukan megah berstandar internasional yang menampilkan berbagai live show seperti seni tari, sirkus, musik dan drama ala Broadway, makin menegaskan kesan pusat hiburan negeri Paman Sam. Dalam kawasan ini pula pengunjung dapat menyingkap tabir dunia pertelevisian di Trans Broadcast Museum.

            Selain tampilan ala Hollywood, zona Studio Central juga terdapat sejumlah wahana uji nyali. Sebut saja Yamaha Racing Coaster (YRC), yang akan membawa kita ke ketinggian 50 meter dengan kecepatan hingga 120 km/jam dan mundur dalam kecepatan yang sama. Karena tahu diri nggak cukup berani untuk mencoba wahana ekstrim ini, aku menyaksikannya saja dari balik jendela dekat pintu masuk. Menurut pengamatanku, durasi YRC dari posisi start sampai kembali ke tempat semula sekitar 30 detik saja! Wah, jadi kebayang deh gimana rasanya diboncengi Jorge Lorenzo naik motoGP. Ngeflash bangeeetz! 

        Wahana adu nyali selanjutnya Giant Swing, yang membuat kita memahami rasanya jadi pendulum/bandul, duduk di kursi lalu diayun-ayun dari ketinggian yang berbeda-beda. Kata Arul ponakanku, yang mencoba wahana ini rasanya tuh campuran antara cemas, takut dan seru. Tapi ketika ditanya ingin coba lagi atau tidak di masa mendatang, Arul mau-mau saja. Bikin ngeri sekaligus asyik, katanya. Indosat Vertigo Galaxy wahana uji nyali berikut, yang membuat tubuh kita berputar 360 derajat dari ketinggian 16 meter! Tak satupun dari kami yang menjajalnya. Selain karena antrian yang cukup panjang, wahana ini berpotensi membuat kepala pening.    

Wahana Giant Swing
Doc. Pribadi

            Transcar Racing (TR), sesuai namanya, permainan ini memberi kita pengalaman berkendara dengan mobil balap. Tidak perlu takut mobil keluar lintasan, karena dilindungi sistem keamanan yang sempurna. Wahana yang diperuntukkan bagi usia 4 tahun ke atas ini mensyaratkan tinggi badan minimal 100 cm. Arul yang memenuhi persyaratan, tak melewatkan kesempatan menjadi pembalap F1 dadakan. “Awal-awalnya aku sempat takut, karena kan nyetir sendiri. Tapi lama kelamaan seru juga, bisa balapan kayak Sebastian Vettel,” ungkap Arul seraya menyebut nama pembalap F1 asal Jerman.



Arul sebelum beraksi dengan Transcar Racing
Doc. Pribadi

            Tak hanya wahana adu nyali, di kawasan Studio Central juga terdapat wahana yang informatif sekaligus edukatif. Mulai dari Si Bolang-Bocah Petualang, wahana pertama di TSB yang kujajal bareng keponakan. Si Bolang ini memang bukan wahana yang ekstrim, tapi tetap mengasyikan. Saat mengantri saja, kita diajak main tebak-tebakan segala hal tentang Indonesia. Itung-itung ngetes pengetahuan kita seputar negeri tercinta, jadi nggak bete walau antriannya mengular. Udah gitu di dalamnya serasa berkeliling Indonesia, di mana kita disuguhkan miniatur-miniatur tiap provinsi nusantara.

Tuh lihat, si Bolang lagi membaca peta. Hendak ke mana kau, Bolang?
Doc. Pribadi

            Di Science Center (SC) kita bisa mempelajari sains dengan cara yang menyenangkan. Ada berbagai macam eksperimen sederhana dari cabang ilmu MIPA (Matematika dan Ipa). Pelajaran MIPA yang semasa sekolah dulu dikenal sebatas teori, bisa dipraktikkan di sini. Jangan kaget begitu keluar dari area SC, kita lebih pandai sedikit dibanding sebelumnya, hoho. Kelar praktikum di SC, kami berpencar. Arul dan orangtuanya pergi ke Kiddy’s Land, sementara aku dan lainnya menuju kawasan Lost City. Wah, Arul pasti girang banget tuh main di Kiddy’s Land. Bisa mencoba wahana favorit anak-anak seperti Tea Cup, Karosel, Jump Around, Mini Bumper Car, Bumper Boat dan Mini Train.



Salma keponakanku, sedang berekperimen dengan Bernoulli Blower di SC.
Doc. Pribadi

            The Lost City (TLC), dari namanya udah pada tahu kan, berarti Kota yang Hilang. Nah, untuk menemukan TLC pengunjung harus bertualang di dalamnya. Petualangan pertama kami di zona TLC dengan mengarungi ganasnya rimba Afrika dalam wahana Jelajah. Mula-mula kami harus memasuki rongsokan pesawat, lalu terjun bebas. Seketika degup jantung meningkat. Puncaknya saat memasuki kuil raksasa yang ternyata diakhiri pula dengan terjun bebas, kali ini dari ketinggian sekitar 10 meter. Byurrr! Sontak cipratan air membasahi sekujur tubuh. Tapi kemudian sesampainya di bawah, arus air mulai jinak dan debar di dada kami pun perlahan-lahan tenang. Fyuuuh... serasa Indiana Jones deh menjajal wahana ini.

            Sebelum naik kapal perompak, tadinya mau mencoba wahana Kong Climb (KC). Tapi setelah mengamatinya beberapa saat, tak jadi dilakukan karena berpotensi melelahkan fisik. Soalnya, KC menantang kita memanjat tebing setinggi 15 meter. Sadar tak satu pun dari kami berbakat merayap-rayap di dinding seperti Peter Parker, maka kami putuskan langsung menuju wahana Skypirates Zeppelin (SZ) saja. Syukurlah, wahana SZ mempunyai efek yang menenangkan. Kami bisa menikmati pemandangan semua zona TSB dari atas kapal perompak yang ‘terbang’. Pokoknya tentram deh naik kapal ini, usai dibuat tegang oleh wahana Jelajah. 



Ini dia wujud kapal perompak Skypirates Zeppelin
Doc. Pribadi

            Tak cuma wahana yang memacu adrenalin, di kawasan TLC juga terdapat pertunjukan kelas dunia berupa parade artis lokal maupun internasional. Salah satu drama kolosal di Amphitheater Stage adalah Legenda Putra Mahkota (LPM) yang tampil setiap hari mulai pukul 14.00 WIB. Sayangnya, kami tak berkesempatan menyaksikan LPM. Karena pada saat yang bersamaan, kami sedang mengantri di wahana Jelajah dan/atau Skypirates Zeppelin. Arul dan kedua orangtuanyalah yang sempat melihat aksi Raka cs berakting di hadapan pengunjung TSB. Oh ya, kabarnya dalam momen liburan kali ini, bakal digelar The Enperadorea Moscow Circus di Amphitheater mulai tanggal 15 Juni-7 Juli 2013. So don’t miss it!

Aktor dan aktris sedang beraksi di Amphitheater Stage
Doc. Pribadi

            Setelah berpencar beberapa jam, kami sekeluarga berpapasan kembali di zona Magic Corner (MC). Di zona yang sarat sentuhan magis ini, pengunjung ditantang menguak tabir misteri dunia antah berantah. Dimulai dari wahana Dunia Lain (DL), yang menguji keberanian kita dalam mengungkap legenda Bandung yang terkenal mencekam, perjalanan mendebarkan ke Goa Belanda yang seram, menghadapi ambulan berhantu, dan tempat-tempat berhantu lainnya. Berhubung antrian mengular naga panjangnya, kami urung menguji nyali di wahana DL.
 
            Lantas, kami menuju wahana Dragon Riders (DR). Walau antriannya cukup panjang, tak menyurutkan keinginan kami untuk menaiki ‘punggung’ sang naga. Asyik lho, naik DR. Kita diajak naik turun berkali-kali sama naga. Berasa naik njot-njotan saja deh, cuma yang ini versi elektronik. Kalau njot-njotan kan pakai tenaga sendiri, hehe.

Arul berpose dulu sebelum naik Dragon Riders.
Doc. Pribadi

            Sebenarnya masih ada beberapa wahana lagi di zona MC seperti Negeri Raksasa, Pulau Liliput, Special Effects Action dan Captain Black Heart’s Pirate Ship. Namun apa daya, perut kami telah mengirim kode minta diisi. Maka, kami pun lekas melipir ke food court. Ada bermacam pilihan sajian di food court, mulai dari Studio Mie, Warung Iga bakar, Studio Kuring (makanan khas Sunda), Corverte Dinner (burger), Studio Chick (serba ayam), Studio Bento, Coffee Bean dan Baskins Robbins. Dan, restoran yang kami pilih adalah Studio Mie. Mie ayamnya lezat, maknyus dah pokoknya! Usai mengenyangkan perut dan shalat, kami pun memutuskan kembali ke hotel, walau belum semua wahana dijajal.

            Bagaimana, kalian tertarik ke TSB? Info tambahan, TSB buka mulai jam 10 pagi hingga jam 9 malam (weekdays). Ketika akhir pekan dan hari libur nasional, TSB buka satu jam lebih awal yakni mulai pukul 09.00 sampai pukul 22.00 WIB. Harga tiket masuk TSB saat weekdays 150.000 rupiah. Kalau datang pas weekend, harga tiketnya 250.000 rupiah per orang. Bayi dan balita dikenakan tarif reguler, lho. Bila kita nggak mau capek mengantri, pilih tiket VIP Access. Hanya saja, dibebankan biaya tambahan sebesar 250.000 rupiah per orang. Apapun tiket yang dibeli, baik reguler maupun VIP Access, berlaku untuk semua wahana/atraksi yang dapat dipergunakan berkali-kali.


       Oh ya, khusus pelanggan Indosat, ada program Beli 2 Dapat 3 lho! Caranya, tunjukkan SMS promo program Trans Studio dari INDOSAT kepada petugas tiketing (berlaku satu kali transaksi). Program ini berakhir 14 Juni 2013 mendatang. Masih beberapa hari lagi kan, ayo manfaatkan program Indosat tersebut! Satu lagi, sebaiknya (calon) pengunjung TSB tidak membawa makanan dan minuman kemasan dari luar, karena bakal disita oleh petugas di pintu masuk.
         Nah, itulah pengalaman kami berkunjung ke “One of The Biggest Indoor Theme Park in The World”. Keesokan harinya, tanggal 6 Juli 2012, kami kembali ke Jakarta tercinta dalam kondisi fisik dan psikis yang rileks sehabis berlibur di kota yang dikelilingi pegunungan tersebut. Yah, semoga saja lain waktu, kami berkesempatan berwisata Bandung lagi, khususnya ke Trans Studio Bandung. We love TSB...!    °\(^^)/°


NB :
Tulisan ini diikutkan dalam
Trans Studio Bandung Blog Competition.