Sabtu, 20 April 2013

My Eccentric Fantasy About BAW

Alkisah sejumlah anggota komunitas kepenulisan kesohor sejagat maya, Be a Writer (BaW), pelesiran ke Dunia Fantasi a.k.a Dufan. Bersama perwakilan komunitas lainnya, BaWers memperoleh kesempatan menikmati berbagai wahana di Dufan sekaligus dalam rangka pengenalan wahana baru bernama Lunacy X-Treme Sphere (Lexos). Maka pada Sabtu pukul 10.00 WIB, sampailah rombongan BaWers di theme park yang berlokasi di Jakarta Utara tersebut. Tampak kerumunan orang mengantri di loket karcis. Untung kami mengantongi surat undangan langsung dari PT Pembangunan Jaya Ancol, yang berfungsi juga sebagai tiket terusan sehingga kami semua lewat jalur khusus.

Karena acara utama baru akan berlangsung pukul 13.00 WIB, kami diberi keleluasaan oleh panitia untuk mencoba beragam wahana. ’Kepala Sekolah’ BaW, Leyla Hana, lantas menunjuk Kora-Kora sebagai wahana pertama yang dijajal. Dalam sekejap Kora-Kora, permainan berbentuk perahu raksasa yang diayun ke depan dan ke belakang secara konstan, dipenuhi oleh orang-orang yang seumur hidup belum pernah naik perahu <(^▽^)v . Bangku terdepan Kora-Kora diisi oleh bidadari-bidadari BaW seperti Miss Yusi, Mamah Ola Anik, Bunda Leyla, Miss Santi, Mbak Aida dan Jeung Afin. Sisanya, pada duduk di bangku kedua. Hanya Cowie yang tidak turut serta karena diamanahkan tugas mulia yakni menjaga keselamatan BaWers junior. Sebelum perahu berayun, seorang perempuan yang duduk berseberangan dengan Miss Yusi cs bertanya kepada cewek pecinta paus itu.             
"Kalian dari komunitas Be a Writer ya?" tanya seseorang yang bernama Indri, dari Komunitas Pecinta Kertas (KPK).
"Iya, betul."
"Kalau aku ingin jadi penulis, apa yang harus kulakukan?" Indri melemparkan pertanyaan sesaat sebelum operator menggerakkan Kora-Kora. Perahu pun bergerak, mula-mula secara perlahan. 
"Yaa, mulai saja menulis," jawab Yusi yang saat itu mengenakan busana bermotif polkadot.
Perahu mulai terasa lebih kencang ayunannya. Miss Yusi cs mempererat pegangan tangan.
"Apa yang ditulis, Mbak?" Indri meninggikan suaranya. Sebagian penumpang mulai riuh, merasakan sensasi diayun-ayun dengan kencang. 

Miss Yusi memejamkan mata tiap perahu hendak menukik tajam. Ia baru membuka matanya kala perahu 'menanjak'. Dan, di sela-sela 'tanjakan' itulah, Miss Yusi merespon pertanyaan Indri.
"Terserah, apa saja yang mau kau tulis." Ucapan Miss Yusi terhenti sejenak, diselang posisi perahu yang siap-siap menukik. Miss Yusi memejam mata sekaligus melipat bibirnya untuk meredam was-was tingkat Eiffel. Di sebelahnya, Mamah Ola hingga Miss Afin pada mentransfer rasa takut ke dalam bentuk suara keras yang tak berirama.
"Misal nulis diari. Nah, di grup FB BaW ada tuh Diari Day tiap hari Senin. Auuuu.. Wuhuuu..." Perahu kembali menukik, diiringi seruan Miss Yusi yang terdengar seperti lolongan serigala sakit gigi. Sementara Mamah Ola yang tindakan ekstrim seumur hidupnya adalah memanjat pohon rambutan tetangga, menampakkan raut 'hidup segan, mati tak mau'.
Miss Yusi melanjutkan kata-katanya yang terinterupsi tadi, "Jadi pas Diari Day, semua orang bisa menumpahkan keluh kesahnya. Auuu... berbagi kabar suka-duka. Wihuuu... intinya tulisan tentang curhat."

Setelah mengudara sekitar dua menit, wahana Kora-Kora perlahan-lahan menurunkan kecepatannya hingga berhenti sama sekali. Para penumpang turun dalam kondisi lega yang sangat kentara. 
"Fiuuuh... akhir e landing juga. Dua menit yang mencekam," kata Afin yang turun pertama kali.
"Enggeh, nyawaku serasa melayang tadi koyok layang-layang," sahut Santi merasa lututnya lemas akut.
"Untung, nggak ono sing mutusin benang layanganmu yo, San?"
Santi membalas celetukan Nchod Arul dengan dengusan kesal. Kemudian BaWers pun menuju tempat Cowie menunggu untuk berjumpa lagi dengan bocah-bocah.

Ombang-ambing menjadi wahana kedua yang dijajal oleh BaWers. Sama seperti Kora-Kora, naik wahana ini rasanya seperti naik perahu. Bedanya, kalau Kora-Kora diayunkan, yang ini berasa diombang-ambingkan oleh ombak. Makanya, wahana ini dinamai Ombang-Ambing. Kali ini yang bertugas menjaga BaWers junior adalah si Pemburu Rembulan yang memiliki nama pagi Arul Chandrana, dan nama malam Nchod. Setelah melihat bagaimana wahana ini dioperasikan, dengan tekad oval Nchod memberi kesempatannya kepada Cowie. Selain itu, usut benang kusut Nchod tak ingin combro yang baru dilahapnya selepas naik Kora-Kora tadi, berubah menjadi batu rubi usai perutnya diombang-ambingkan oleh Ombang-Ambing.

Namun dari semua BaWers, yang paling 'naas' nasibnya adalah Mamah Ola, Anik. Karena BaWers yang naik berjumlah ganjil, agar tak sendirian terpaksa ia duduk dengan Indri. Jadi, sekarang giliran Mamah Ola yang meladeni keingintahuan Indri seputar dunia literasi.
"Mbak polkadot tadi kan bilang, nulis bisa dimulai dari diari. Kalau itu sih, sudah aku lakukan. Meski tidak rutin. Tapi aku pernah ingin membuat cerpen yang terinspirasi dari diari, hanya saja aku nggak tahu bagaimana memulainya," ujar Indri, gadis cantik berambut lurus sebahu.
Belum sempat dijawab, Ombang-Ambing mulai bergerak memutar dengan cepat, seolah-olah akan menabrak pagar pembatas. Mamah Ola yang mulai merasakan jantungnya berdetak cepat, mempererat pegangan. Di sela-sela rasa was-was, ia menjawab pertanyaan Indri dengan terbata-bata. "Di FB grup BaW... tiap Selasa... ada Sharing Day."
"Sharing Day?"
Kali ini wahana tak lagi bergerak secara mendatar, tapi mulai berputar naik-turun secara ekstrim. Para penumpang mulai mengeluarkan teriakannya.
"Iya... aargh... suka ada tips-tips dari... aaah... mentor... uuugh... tips mengawali tulisan..."
Ombang-Ambing makin menggila gerakannya. Tak hanya berputar naik-turun, kini ditambah gerakan mengguncang-guncang orang yang duduk di atasnya.
"... tips membuat paragraf pembuka... aooo... yang 'nendang'... tips membuat... uiii... outline... dan... huaiyooo... tips-tips lainnya!"

Indri memperhatikan penjelasan Mamah Ola dengan mata menyipit akibat menahan badan agar tak terpelanting ketika diguncang-guncangkan oleh Ombang-Ambing. Di belakang terdengar teriakan dengan logat Jawa yang medhok milik Santi Artanti, "Emboook, help meee! Medeni ikiii. Aku durung mau matiii, hiii...!" 
Mamah Ola membalas jeritan nestapa Miss Santi dengan suara yang tak kalah kerasnya, "Aku yooo pisan, Santiii. Pengin liat Olkeen dewasa dulu... auuuuhoo!"
Dan, setelah beberapa guncangan lagi, Ombang-Ambing agak 'jinak'. Mamah Ola yang sempat tak sengaja menggencet tubuh Indri, kembali ke posisinya semula. Kelegaan pun terpancar di raut wajah orang-orang ketika Ombang-Ambing telah 'jinak' sepenuhnya. Lantas, orang-orang pada turun. Mamah Ola dan Indri kompak meniup-niup telapak tangannya yang memerah akibat berpegangan terlalu kencang pada besi.

Next, BaWers menuju Ontang – Anting wahana ayunan berkursi banyak, yang terbuat dari besi yang diikat dengan rantai dan kabel baja. Kali ini yang mengemban tugas mulia menjaga putra-putri anggota BaWers adalah the rock Sholich. Sementara Miss Yusi dkk menikmati sensasi diayun-ayun oleh Ontang-Anting.
”Ng... kamu mbak Leyla ya? Penulis puluhan buku...” Entah bagaimana, si kritis Indri duduk di sebelah kiri ’kepala sekolah’ BaW.
”Iya, ada apa?” Bunda Leyla memamerkan senyumnya yang semanis gulali.
Ontang-Anting mulai berputar pelan, masih cukup rendah dari bumi tempat berpijak. Lambat laun putarannya makin kencang. Dan seperti biasa, teriakan manusia membuat suasana riuh rendah.
”Aku tuh pengen bikin dokumentasi tentang kerajinan dari kertas. Tapi, gimana caranya ya, Mbak?” ucap Indri, yang rambutnya mulai berkibar-kibar.
”Yaa, mulai tulis aja apa yang kau tahu. Langkah pembuatannya, step by step. Kalau sudah, posting di blog. Kamu tahu blog kan?” kata Bunda Leyla yang kala itu berpakaian serba pink, warna favoritnya.
Indri mengangguk, sementara Ontang-Anting mulai berputar naik-turun dengan kencang. Obrolan pun tertunda sebentar karena Bunda Leyla dan Indri turut berteriak terbawa suasana.
”Intinya kalau mau jadi penulis yaa menulis aja. Nggak apa-apa meski di blog, yang penting nulis. Di grup FB BaW tiap Rabu itu Blogging Day. Jadi tiap anggota menyetorkan link tulisannya di blog,” Bunda Leyla melanjutkan.   
”Wah, kelihatannya menarik sekali BaW itu ya, Mbak. Jadi ingin gabung....”
Bunda Leyla tak langsung menjawab, ia dadah-dadah ke jagoan kecilnya yang lagi bersama Sholich di bawah. Ismail dan adik-adiknya membalas lambaian tangan sang bunda. Indri menyunggingkan senyum kala menyaksikan adegan tersebut.
”Pokoknya di BaW tuh setiap hari agendanya beda-beda. Kamis promo day, Jumat review day, Sabtu business day dan Ahad free day. Nggak cuma kepenulisan, ada business day buat anggota yang mau mempromosikan usahanya. Jadi, kesemua jadwal itu dibuat untuk memberdayakan BaWers seutuhnya,”  papar Bunda Leyla penuh semangat.
”Wow, BaW tiada duanya!” Indri menampakkan raut antusias. Di satu sisi, Bunda Leyla senang bisa memikat orang lain bergabung ke grup binaannya. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, BaW yang pada mulanya dibentuk sebagai wadah penyatuan orang-orang berminat sama, tumbuh menjadi komunitas penulis muda nan produktif. Sampai-sampai pihak swasta, salah satunya PT Pembangunan Jaya Ancol, memandang BaW sebagai mitra strategis dalam hal kontribusi informasi sekaligus promosi kepada khalayak.

Waktu menunjukkan pukul 12.50 WIB, BaWers dan para undangan lainnya bergegas menuju Balaikota Dufan, tempat berlangsungnya acara pengenalan wahana baru Dufan, Lexos. Ingin tahu penampakan Lexos seperti apa? Mari kita tunggu beberapa tahun mendatang *itu pun kalau Dufan emang merealisasikannya, haha....   (^▽^).

***

Kisah di atas adalah fiktif belaka, termasuk Lexos sendiri yang merupakan karangan ngasal sang penulis. Walau demikian, tak mengurangi kesanku terhadap BaW, grup kepenulisan di FB yang paling rutin kukunjungi setiap hari. Grup yang membuatku betah berlama-lama di depan layar laptop *lha, kapan nulisnya? c(•ˆ ▽ ˆ•)> Grup yang dihuni banyak penulis handal seperti Leyla Hana, Riawani Elyta, Eni Martini, Afifah Afra, Shabrina WS, Ade Anita, Aida Maslamah, Mell Shaliha, Dian Nafi, Naqiyyah Syam, Arul Chandrana, dan lainnya. Tak ketinggalan blogger ’kelas berat’ juga menjadi penghuni BaW seperti Windi Teguh, Bundanya Fiqthiya, Marisa Agustina, Binta El Mamba, Afin Yulia, Rahmah Chemist, Lina W. Sasmita, Ila Rizky Nidiana, Sari Yulianti, de el el. Tak pernah kubayangkan, bahkan dalam mimpi terliar sekalipun *tsaaah, bisa kenal dekat dengan mereka layaknya keluarga. Bahkan di BaW pula aku ’menemukan’ teman-teman yang sama ’gila’-nya denganku, pada diri Miss Yusi a.k.a Gee, Miss Afin Yulia a.k.a Ghai, Miss Santi Artanti, Mbakyu Nining Sumarni dan Rifka Fatmawati.   

Tak terasa, sudah setahun lebih aku bergabung dengan BaW. Banyak hal yang kudapat di grup ini. Tak cuma ilmu seputar dunia literasi, tapi juga beragam ilmu kehidupan. Pokoknya betah deh di BaW. Setiap hari ada saja hal-hal baru yang dibagi, entah itu tips-tips menulis, kabar pemuatan/penerimaan naskah, kabar kemenangan lomba menulis, de es be. Harapanku untuk BaW, semoga BaW eksis terus, kehadirannya bermanfaat bagi anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan harapan untuk diriku sendiri, semoga aku bisa mengikuti jejak penulis-penulis hebat BaW yang mampu ’melahirkan’ karya bermanfaat. Aamiin *khusyu berdoa....     (◦'⌣'◦) 


                     Jadwal BaW setiap hari



       BaWers kopi darat di Kemiri, Pejaten Village


NB :

* Tulisan ini diikutsertakan dalam GA perdana Be a Writer (BaW), dalam rangka launching blog Be a Writer. Info GA selengkapnya, silakan klik link berikut ini :
http://bawindonesia.blogspot.com/2013/03/give-away-baw-20-maret-20-april-2013.html?

* BaWer yang merasa memiliki hak cipta/hak milik foto Kopdar BaW, saya izin memakainya di sini ya. Moga-moga nggak ditarik bayaran *eh     (•ˆˆ•)v

*
Medeni = menakutkan



Senin, 01 April 2013

Me and Family : One Day in The Snow World


Foto di bawah ini diambil pada tanggal 24 Desember 2012 di Snow World, Mall Bekasi Square. Oke deh, pertama-tama kita perkenalan dulu, ya. Dari kiri ke kanan adalah kakakku yang nomor dua (pakai tas ungu),  sebelah kakak itu ART kakak sulungku. Yang paling kanan ialah... ehm... pemilik blog ini. Sementara bocah-bocah di tengah kami adalah keponakan dan sepupuku. Mengisi liburan Natal yang lalu, kakak mengajak kami merasakan dinginnya ‘dunia salju’. Tak tanggung-tanggung, untuk bisa masuk ke sana kami mesti antri sekitar empat jam. Itu masih mending. Sebab, sehari sebelumnya kakak bersama ipar dan sekeluarga malah antri selama enam jam! Fiuuuh... silakan bayangin sendiri deh gimana capeknya mengantri.      (˘_˘٥) 

Kami sampai harus bergantian menggendong dan menghibur anak-anak yang bolak-balik mengeluh kelamaan. Makanya, begitu masuk ke dalam Snow World, bocah-bocah langsung ngacir ke perosotan. Sampai lupa kalau mereka tuh lagi lari di atas es yang licin, haha. Untung nggak sampai jatuh. Sekitar tiga puluh menitan, kami berada di dalam ‘freezer’ raksasa. Itu juga setengah jam udah hampir beku nih badan *lebay. Sebelum kami kembali ke dunia luar yang hangat, kami merekam momen tersebut dengan HP. Dan, inilah hasilnya, seperti yang kalian lihat. Betapa keudikan kami sebagai orang tropis amat kentara *itu pada pose ngeluarin ‘asap’ dari mulut, hoho.    v(^o^)/ 

 
 

Yaah, semoga saja next time kami bisa ke Snow World lagi. Selain sebagai ajang kumpul keluarga, berkunjung ke Snow World membuat kita bisa ‘melupakan’ sejenak hawa panas khas negeri tropis.  
(。◕‿◕。) 


Postingan ini diikutsertakan dalam CAPek-Ma Berbagi, dengan Tema “Me and Family”