Kamis, 23 Mei 2013

Rumahku, 'Sekolah' Pertamaku


Halo, Takita! Perkenalkan, nama saya Vita. Takita boleh panggil saya Kak Vita. Kakak sudah baca suratmu yang ini. Kakak suka gaya menulismu. Ngomong-ngomong, hebat deh, umur 5 tahun Takita sudah bisa menulis sms. Kalau kakak sih, baru bisa nulis sms ketika usia 16 tahun. Maklum, kakak baru punya HP pertama kali, yaa pas kelas 2 SMA, hahaha.  <(^^)

Seumuran kamu dulu, kakak masih belajar membaca dan menulis. Untuk membaca, biasanya kakak diajarin sama Mama dan kakak sulung, namanya Kak Lis. Kakak baca apa saja, mulai dari buku cerita, majalah anak-anak, dan buku pelajaran. Terus dulu kakak juga suka ikutan baca koran sama ayah. Ayah yang megang koran, sementara kakak dipangku biar bisa baca koran bareng, hehe. Karena masih kecil, belum bisa cepat membacanya, kakak cuma baca judul utama artikel yang ada di koran. Lalu, bila ada kata yang belum dimengerti, kakak tanya sama ayah. Lantas, dijelasin deh sama ayah.

Tak hanya itu, supaya konsisten belajar menulis, kakak setiap hari diberi PR oleh bu guru, namanya PR Temukan Kata. Misalkan nih, tugas dari bu guru seperti ini : “tulislah 15 kata berawalan huruf K”. Nah, terus di bawahnya kakak tulis kata-kata berawalan huruf "K". Bila mandeg, kakak minta bantuan Mama untuk memberitahu kata-kata apalagi yang berawalan huruf "K". Kadang juga kakak mencari jawabannya sendiri di buku/majalah. Nah, di sana bertaburan deh aneka macam kata, tak cuma berawalan huruf "K" saja. Takita, kakak senang lho mengerjakan PR model begini, karena kakak jadi tahu kata-kata yang tadinya belum kakak ketahui.


PR

1. Kakak        
2. Kaki
3. Kaku
4. Kadal
5. Kamis
6.
.
.
.
dst
15. Kuda


Ilustrasi I
Contoh PR Temukan Kata

Sementara kalau menulis angka, biasanya di rumah kakak belajar sama kakak keduaku. Namanya Tari, biasa dipanggil Kak Ai. Kebetulan kakak anak bungsu, jadi enak belajar nggak mesti sama orangtua, bisa juga sama kakak kandung. Nah, dulu tiap Kak Ai ngerjain PR, kakak juga ngerjain 'PR'. Kakak minta Kak Ai beri soal angka sebanyak lima buah. Bukan soal hitung-hitungan sih, melainkan soal menulis angka. Dan, kakak nulisnya di buku tulis sendiri lho, tidak di buku PR Kak Ai. Ya iyalah, hehe.     (•Ë†Ë†•)

Oh ya, selama belajar menulis angka, kakak sempat mengalami hambatan yang agak aneh. Entah kenapa, dahulu kakak kesulitan menulis angka dua (2) yang bentuknya mirip bebek/ayam. Kakak bisanya bikin angka dua yang gede, sampai menuhin satu lembar kertas buku tulis, xixixi. Sementara pas diminta nulis angka dua yang kecil, kakak nggak bisa bila tanpa menggambar ayam/bebek terlebih dulu. Haha... Aneh kan? Kakak sendiri juga nggak tahu kenapa dulu begitu. Tapi itulah kenyataannya, heheu. Jadi, bila diberi 'PR' sama Kak Ai nulis angka dua yang kecil, kakak mesti gambar bebek/ayam dulu, sederet gitu. Lalu, kaki dan badan ayam/bebek dihapus deh. Jadi kan, angka dua? Haha... *blushing*   c(•Ë† ˆ•)>  


Ilustrasi II
Angka dua (2) raksasa yang menuh-menuhin kertas. Kurang lebih, seperti itulah dulu kakak menuliskannya. Tapi sekarang nulis angka duanya sudah lebih bagus dong  :p

Ribet sih, emang. Mau bagaimana lagi? Tapi lambat laun, kakak sadar bila terus-terusan nulis angka dua raksasa, bisa-bisa buku tulis cepat habis. Sementara kalau mesti gambar ayam/bebek dulu, capek juga ngapusinnya, hoho. Untunglah, berkat gemblengan Kak Ai dan PR khusus dari bu guru, akhirnya kakak bisa juga nulis angka dua tanpa melalui gambar bebek/ayam dulu. Horeee!  °\(^^)/°

Sekarang kakak tanya, Takita suka main puzzle nggak? Kakak dulu suka main puzzle. Mama sering membelikan kakak puzzle yang bergambar macam-macam. Ada gambar pemandangan, gambar kartun, gambar huruf/kata maupun angka. Dari sering main puzzle itulah, kakak makin hafal sama bentuk angka maupun huruf. Iya soalnya, selain kesulitan dengan angka dua, kakak dahulu juga sempat terbalik nulis angka tiga (3) dan ketukar antara huruf B dengan angka delapan (8). Bentuknya kan mirip tuh huruf B sama angka 8, jadi sering ketuker-tuker deh, hehe.  (◦ˆ ˆ◦)


Ilustrasi III
Puzzle angka dan huruf
Sumber : www.kotakmainan.com


Selain belajar sama ayah, mama dan kakakku, dahulu Kak Vita juga senang belajar bareng kakek. Biasanya 1-2 bulan sekali, kakekku yang tinggal di Malang datang ke Jakarta. Nah, pas kakek lagi di rumah, kakak lebih sering belajar sama kakek. Aji mumpung, hehe. Kakekku baik dan pintar, lho. Tak cuma bisa ngajarin kakak membaca huruf dan angka latin, tapi juga mampu ngajarin kakak membaca huruf dan angka hijaiyah. Kakak senang belajar sama kakek, abis kakek sabar dan lucu sih. Tatkala kakak salah membaca, kakek dengan sabar mengoreksi. Dan, ketika kakak membacanya benar, kakek tak segan-segan mengangkat jempolnya untuk kakak, lalu ia tersenyum. Senyum kakek itu yang bikin kakak suka melihatnya, karena tampak gigi kakek yang mulai ompong, qiqiqi.  (˛•̃ •̃)
            
          Wah, tak terasa ya, surat balasan dari kakak sudah sebanyak ini. Oke deh, tanpa berpanjang-panjang lagi biar nggak seperti kereta api, kakak mau menyudahi surat ini. Tapi sebelumnya kakak mau berpesan pada Takita. Tetap semangat ya, belajarnya! Belajar tak harus sama orangtua. Takita boleh kok belajar sama anggota keluarga lainnya, seperti kakak (bila punya), kakek, nenek, paman, bibi. Kayak kakak dulu, yang sering belajar sama kakak dan kakek. Karena bagi kakak, mereka semua sama-sama sumber ilmu. Dan, rumah adalah tempat pertama sekaligus terdekat bagi kita dalam menyerap ilmu.    

Salam Ceria,

Kak Vita


NB :
Postingan ini diikutkan dalam Program KeluargakuPendidikanku oleh Takita dan BlogFam.