Cerita untuk anak usia 7-10 tahun
Krrr... Krrr... krrr... jam weker di meja kecil samping tempat tidur Putri Miela berbunyi. Putri Miela mengusap-usap matanya sebelum mematikan jam weker. Ia biasa menyetel jam wekernya pukul tujuh pagi. Di sebelahnya, masih tertidur pulas Putri Milea.
”Selamat pagi, adik kembarku! Waktunya sarapan. Ayo bangun, ayo bangun!” terdengar suara seseorang dari alat pengeras suara.
Itu suara kakaknya Putri Miela yakni Pangeran Morgan. Putri Miela sendiri adalah kakaknya Putri Milea. Mereka berdua anak kembar, yang usianya lebih muda 10 tahun dari Pangeran Morgan. Pangeran Morgan sendiri berusia 17 tahun. Mereka bertiga tinggal di Istana Alston, yang ada di Negeri Althea. Negeri Althea merupakan sebuah negeri kerajaan kecil di tepi Laut Miterania.
Setelah membersihkan diri, kedua putri cilik itu lekas turun ke bawah menuju ruang makan. Putri Miela mengenakan gaun putih polos dengan pita bando biru melengkung di rambutnya yang pirang. Sementara Putri Milea menggunakan gaun bermotif bunga mawar, dengan bandana polkadot merah membingkai rambut coklatnya. Setibanya di ruang makan, mereka berdua duduk di kursi yang telah dipersiapkan untuk mereka.
”Hai, Miemi! Apakah semalam tidur kalian nyenyak?” sapa Pangeran Morgan dengan menyingkat nama adiknya. Miemi itu singkatan dari kata ”Miela” dan ”Milea”.
”Tentu saja!” jawab kedua putri serentak.
”Pagi ini, kakak menerima sebuah surat. Baru saja diantar oleh kurir. Surat itu dari seseorang yang istimewa, yang ditujukan untuk kalian berdua,” kata Pangeran Morgan sambil mengoles mentega ke roti tawarnya. Pangeran Morgan gemar sarapan dengan sandwich.
”Seseorang istimewa?” tanya Putri Miela.
”Untuk kami?” sambung Putri Milea. Kedua putri saling pandang, usai mendengar cerita kakak mereka.
”Ya, benar. Ayo tebak, kira-kira siapa?” Pangeran Morgan menaruh dua lembar daging hamburger ke roti tawarnya.
”Pangeran Darius?” tebak Putri Miela menyebut nama pamannya yang gemar mengajak jalan-jalan dengan kereta kuda.
”Bibi Esmeralda?” tebak Putri Milea menyebut nama adik bundanya yang kalau sedang menginap, sering mengajak mereka membuat pizza jamur.
”Bukan, bukan mereka. Surat itu dari Ibu Suri,” kata Pangeran Morgan sambil mengolesi saos ke roti.
”Wah, surat dari nenek!” seru Putri Miela senang.
”Suratnya mana, Kak?” tanya Putri Milea.
”Nanti ya! Sekarang kalian sarapan saja dulu,” ujar Paman Morgan sebelum melahap sandwich.
Putri Miela dan Putri Milea menurut. Kedua putri cilik segera menyantap bubur gandum kesukaan mereka. Selama makan, mereka tidak berisik. Mereka diajarkan oleh bunda, Ratu Helen, untuk tidak ngobrol sambil makan. Kata bunda, kalau makan sambil ngobrol bisa tersedak.
Usai sarapan, Pangeran Morgan mengajak kedua adiknya ke ruang kerja Raja Mostkovich, ayah mereka. Kebetulan Raja dan Ratu sedang ke luar negeri, memenuhi undangan dari negara tetangga.
”Ini suratnya. Bacalah,” ucap Pangeran Morgan setelah mengambil sebuah amplop berwarna hijau muda kekuning-kuningan dari meja ayahnya.
Putri Miela menerima amplop dari kakaknya. Perlahan-lahan, ia membuka amplop itu. Sambil berdiri, tulisan dalam surat itu dibacanya dengan lantang.
Cucuku sayang, apa kabar? Nenek harap, kalian semua dalam keadaan yang sehat dan selalu ceria. Cucuku, sebentar lagi nenek akan berulang tahun. Nenek ingin memberi kejutan untuk kalian. Tapi sebelum kalian memperoleh kejutan itu, kalian harus bisa menebak teka-teki ini. Kejutan itu akan diberikan kepada cucu nenek yang menjawabnya dengan benar.
Kalian siap? Berikut ini petunjuk kejutannya, disimak ya!
Aku paling senang bulu-buluku dibelai manusia.
Aku gemar sekali tidur, makanya dijuluki hewan pemalas.
Aku suka berada di tempat yang tinggi seperti pohon atau genteng.
Setiap melompat, aku bisa mendarat dengan mantap menggunakan keempat kakiku.
Aku bisa melihat dalam kegelapan.
Siapakah aku?
Nenek yakin, kalian pasti bisa menjawabnya. Nenek tahu, kalian anak yang pintar. Jadi, selamat memecahkan teka-teki ini!
Salam sayang,
Nenek.
|
”Kak, aku tahu jawaban teka-teki ini!” tandas Putri Miela bersemangat usai melipat dan memasukkan kembali surat nenek ke dalam amplop.
”Aku juga tahu!” timpal Putri Milea, ”lantas, bagaimana kita menjawab surat dari nenek, Kak?”
Pangeran Morgan berjalan ke belakang meja. Ia menarik kursi, duduk, lalu berkata, ”Ada tiga cara membalas surat nenek. Pertama, dengan mengirim surat balasan melalui pos atau kurir istana. Kedua, melalui faksimile dan ketiga, melalui email atau surat elektronik.”
“Kalau dulu kan kakak pernah bilang, email adalah surat yang dikirim lewat internet. Lantas, faksimile itu apa, Kak?” tanya Putri Milea.
”Itu mesin faks, singkatan dari faksimile,” jawab Pangeran Morgan menunjuk mesin faks di sebelah meja kerja ayah, ”dengan mesin itu, kita bisa mengirim surat ke suatu tempat dalam waktu singkat.”
Putri Milea mengangkat telunjuk kanannya, “Aha! Kita balas surat nenek dengan mesin faks saja, Miela!”
Putri Miela menggeleng, “Jangan! Mendingan lewat surat biasa saja. Kan asyik bisa nulis pakai spidol warna-warni.”
“Enggak mau! Aku pilih pakai mesin faks saja, biar cepat sampai. Kalau kamu mau pakai surat biasa, ya silakan,” ujar Putri Milea, “Kak, tolong ajarkan aku menggunakan mesin faks ya!”
Ketika Pangeran Morgan baru akan mengajari Putri Milea cara menggunakan mesin faks, Putri Miela keluar dari ruang kerja ayah. Ia menuju kamarnya untuk menulis jawaban teka-teki dari nenek. Putri Miela mengambil satu kertas bergambar Hello Kitty, kemudian menuliskannya dengan spidol warna-warni. Setelah itu, ia masukkan kertas ke dalam amplop. Tak lupa, ia menuliskan tujuan amplop itu dikirim. Putri Miela lalu membawa amplop itu ke bawah. Ia minta seorang pelayan untuk menyerahkannya ke kurir istana, agar lekas dikirim. Kebetulan tempat tinggal nenek sangat jauh. Nenek tinggal di Istana Byron, yang terletak di di kaki gunung Byron, gunung non-aktif di Negeri Althea.
***
Siang hari, sebuah paket tiba di Istana Istana Alston. Di bagian atas paket itu, tertulis nama Putri Milea. Pelayan segera mengantarkan paket ke kamar Putri Milea. Putri Milea cepat-cepat membukanya.
”Wah, Alzena! Asyiiik!” seru Putri Milea girang melihat isi paket.
Alzena adalah buah khas Negeri Althea. Buah itu hanya tumbuh di kaki gunung Byron. Masa panennya pun dua tahun sekali. Cukup lama ya? Alzena bentuknya bulat panjang seperti timun, namun rasanya mirip campuran melon dengan tomat. Manis-manis asam gitu deh. Oleh penduduk setempat, Alzena dipercaya bermanfaat untuk menjaga kekuatan rambut agar tak mudah rontok. Kedua putri cilik sangat menyukai buah itu.
Putri Milea keluar dari kamar. Ia ingin menunjukkan buah Alzena kepada kedua kakaknya. Putri Miela cemberut, mengetahui dirinya tak diberi paket yang sama oleh nenek. Pangeran Morgan yang melihat Putri Miela seperti itu, tertawa geli.
”Hei, adik manis. Enggak perlu berkecil hati begitu,” Pangeran Morgan mengelus rambut Putri Miela, “nanti kalau suratmu sudah dibaca nenek, pasti ia akan mengirim Alzena untukmu juga. Asalkan jawaban teka-teki yang kamu tulis itu tepat.”
”Kenapa surat Miela belum sampai juga, Kak?” Putri Miela mulai terisak.
”Mungkin suratmu masih dalam perjalanan. Jadi bersabarlah,” tukas Pangeran Morgan.
”Apa kubilang, lebih baik membalas surat nenek lewat faks daripada surat biasa. Sekarang kamu lihat kan, jawaban teka-tekiku lebih dulu dibaca nenek,” timpal Putri Miela sambil menyantap Alzena seorang diri.
”Iya deh, lain kali Miela akan menggunakan mesin faks biar cepat sampai. Kak, mau kan ajari Miela menggunakan mesin faks?” tanya Putri Miela kepada Pangeran Morgan.
”Sini, biar aku saja yang ngajarin. Aku ngerti kok, apa yang dijelaskan kakak tadi pagi,” sahut Putri Milea. Ia memberi isyarat kepada Putri Miela untuk mengikutinya ke ruang kerja ayah.
Setelah melahap gigitan terakhir Alzena, Putri Milea membersihkan tangannya dengan tisu. Kemudian, ia mengambil kertas dan menuliskannya.
”Perhatikan baik-baik. Mula-mula, tuliskan pesan di surat yang akan dikirim, seperti ini. Kalau sudah, masukkan kertas ke bagian feeder mesin faks. Lalu tekan nomor telepon mesin faks yang dituju. Setelah tersambung, tekan tombol untuk mengirim,” jelas Putri Milea sembari menunjuk sebuah tombol, ”sejak itu, kertas yang mau dikirim sedang diproses pengirimannya. Beberapa saat kemudian, sampailah surat yang persis sama dengan aslinya di mesin faks tujuan.”
”Wah, wah, ternyata mudah ya!” takjub Putri Miela usai mendengar penjelasan adiknya.
”Mudah dan cepat. Faks itu layaknya fotokopi jarak jauh,” tambah Pangeran Morgan.
”Jadi, masih ingin mengirim surat lewat kurir lagi?” canda Putri Milea.
”Enggak. Tapi kalau mau kirim barang, baru minta tolong kurir istana. Kirim barang kan, nggak bisa lewat faks,” jawab Putri Miela lugu. Pangeran Morgan dan Putri Milea tergelak mendengar jawaban Putri Miela yang agak lucu.
Sebuah suara menghentikan gelak tawa mereka. Rupanya, ada sebuah pesan masuk ke mesin faks. Putri Milea lekas meraih kertas yang berisi pesan itu, untuk dibacanya dalam hati. Kertas itu lalu diserahkan kepada kakaknya, Putri Miela. Putri Miela gembira mengetahui nenek telah menerima jawaban teka-tekinya. Nenek juga berpesan, untuk menunggu ”kejutan yang sebenarnya” yang diperkirakan akan tiba malam hari.
***
Setelah makan malam, Pangeran Morgan dan kedua adiknya menunggu ”kejutan yang sebenarnya” di ruang tamu. Putri Miela yang belum menerima paket dari nenek, tampak cemas dengan ”kejutan” yang akan diterimanya. Apakah aku akan menerima buah Alzena juga seperti Milea, gumam Putri Miela. Pangeran Morgan dan Putri Milea geli melihat Putri Miela berjalan mondar-mandir seperti setrika pakaian yang disetir.
Sekian menit kemudian, sebuah ketukan terdengar dari balik pintu depan istana. Seorang pelayan menyatakan, baru saja menerima sebuah paket dari kurir. Paket itu lebih besar dari paket yang diterima oleh Putri Milea siang tadi. Putri Miela lekas meminta pelayan meletakkan paket itu di atas meja. Putri Miela merasakan gerak-gerik dari dalam paket itu saat berupaya membukanya. Dan isi paket itu adalah....
”Wow, kucing! Ini pasti anak-anaknya Anabelle,” seru Putri Miela, kemudian ia menggendong satu dari tiga anak kucing.
Anabelle dan Jack adalah kucing piaraan nenek. Mereka berdua telah memiliki anak kucing yang banyak. Putri Miela dan Putri Milea sangat suka pada binatang itu. Suatu hari mereka minta satu anak kucing kepada nenek, tapi sayang belum diizinkan. Sekarang mereka malah dikasih tiga anak kucing!
”Oh, jadi ini yang dimaksud nenek ”kejutan sebenarnya”. Pantesan, nenek memberi kita teka-teki seperti itu. Kamu ingat nggak, di surat itu, nenek menuliskan ”petunjuk kejutan” dan bukannya ”petunjuk teka-teki”?” kata Putri Milea.
”Ya, aku ingat! Jadi tak semestinya ya, kita penasaran dengan kejutan ulang tahun nenek. Dengan menjawab teka-teki itu, kita sendiri seharusnya sudah tahu kejutan dari nenek,” sambung Putri Miela.
”Hei, siapa yang penasaran? Bukannya kamu yang dari tadi mondar-mandir?” goda Putri Milea.
Pangeran Morgan terkekeh melihat Putri Miela wajah memerah dadu.
”Sudah ah, jangan menggodaku terus!” gerutu Putri Miela.
”Nah, karena nenek telah memberikan sebagian kucingnya kepada kalian. Itu artinya nenek percaya kalau kalian akan mampu menjaga kucing-kucing ini. Jadi, dirawat baik-baik ya!” ujar Pangeran Morgan setelah menyudahi tawanya.
”Tentu saja!” jawab Putri Milea sambil mengelus-elus bulu anak kucing.
”Kami berdua mulai sekarang akan mengurus Wendy, Mia dan Kit sebaik-baiknya,” sambung Putri Miela seraya menyebutkan ketiga nama anak kucing pemberian nenek.
”Jadi, tugas kita sekarang adalah memberi ”kejutan balasan” buat nenek. Nah, kalian sudah menyiapkan kado untuk Ibu Suri?” kata Pangeran Morgan.
”Oh ya, aku lupa!” celetuk Putri Milea menepuk dahinya.
”Tak terpikirkan juga olehku. Gara-gara sibuk memikirkan ”kejutan” dari nenek sendiri,” timpal Putri Miela.
Pangeran Morgan tersenyum jahil, ”kalau begitu, mari kita pikirkan dari sekarang!”
Dan, semuanya tergelak.
THE END
Sumber referensi yang mendampingi penulisan naskah ini :
http:// id.wikipedia.org/wiki/Faksimile
*naskah ini diikutsertakan dalam :
Surat pake email dan faks memang lebih cepat.. tetapi untuk kirim barang tetap perlu pos. Dongeng yang apik :-)
BalasHapus