Kita semua tahu, air sangat vital peranannya dalam kehidupan. Mulai
dari air untuk diminum, mencuci, mengairi sawah-ladang-kebun, pembangkit
tenaga listrik, dan sebagainya. Saking pentingnya air (terutama air
bersih), sampai-sampai terjadi pergeseran cara perolehan air. Air
yang tadinya termasuk sumber daya yang bebas diambil dan dimanfaatkan oleh
manusia, kini menjadi komoditas ekonomi, misalkan dalam bentuk air
mineral kemasan dan pendistribusian air oleh PDAM. Mungkin hanya di
daerah pedesaan/pedalaman saja yang masih bisa menimba air secara
cuma-cuma melalui sungai, sumur dan sumber mata air lainnya. Sementara
di daerah perkotaan, di mana jumlah penduduknya secara umum cukup banyak, menjadikan
kebutuhan air bersih semakin mendesak. Di sisi lain, pencemaran dan
kerusakan lingkungan menyebabkan ketersediaan air bersih cenderung berkurang,
sehingga di sejumlah daerah perkotaan mengalami krisis air bersih.
Salah satu daerah perkotaan di Indonesia yang mengalami krisis air
bersih adalah DKI Jakarta. Selama ini Jakarta bergantung pada wilayah sekitar.
Sumber air yang dimanfaatkan warga Jakarta berasal dari Sungai Citarum
(Jawa Barat), Sungai Cisadane (Banten) dan Kali Krukut (Jakarta). Menurut data
yang dilansir harian Kompas, pemanfaatan air di Jakarta baru 2,2 persen
dari keseluruhan distribusi ke warga sebesar 18,7 meter per detik. Distribusi
itu setara dengan 36 persen dari kebutuhan warga Ibu Kota[1]. Di saat
mayoritas sungai maupun anak sungai yang membelah kota Jakarta tak semuanya
layak konsumsi, pemerintah belum menambah atau mencari sumber air baru.
Alhasil warga berlomba-lomba menyedot air tanah, yang bila tak dikontrol
penggunaannya bisa berdampak pada penurunan tanah daratan Jakarta.
Tak hanya warga Jakarta di darat saja yang mengalami krisis airbersih, warga Kepulauan Seribu pun merasakan hal yang sama, terutama air untuk minum dan memasak. Krisis air yang terjadi di Pulau Panggang, Pulau Harapan dan Pulau Kelapa disebabkan oleh stok sumber air
yang makin menipis. Terdapat gap antara debit air yang dihasilkan dari mesin pengolahan air tanah reverses
osmosis (RO) dengan kebutuhan
warga setempat. Sebagai gambaran, Pulau Kelapa yang dihuni 6.174 jiwa butuh air bersih sebanyak 24.696 liter per hari. Sementara suplai air bersih dari mesin RO kurang memadai, kapasitasnya
hanya sampai 3.000 liter air
per hari[2]. Belum lagi sumber alternatif seperti sumur, yang airnya mulai terasa asin.
Akibat keterbatasan air bersih, warga kepulauan terpaksa membeli air
mineral di Muara Angke atau Tangerang. Namun oleh karena biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan itu cukup besar, warga beralih meminta bantuan air
bersih kepada PT China
National Offshore Oil Corporation (CNOOC) International Ltd yakni sebuah perusahaan swasta milik Cina yang melakukan pengeboran minyak di kawasan Kepulauan Seribu. Ternyata bantuan 10 ton liter air bersih untuk ketiga pulau tersebut, hanya dapat bertahan selama satu minggu[3]. Oleh karena itu, langkah-langkah konkret perlu segera
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Selama ini
telah dikenal berbagai macam teknik desalinasi (pengolahan air laut menjadi air
tawar) yakni dengan penyulingan, reverse osmosis (RO), dan evaporator[4]. Akan tetapi, desalinasi bukan tanpa kendala.
Kendala yang dihadapi berupa biaya yang tinggi akibat pemakaian bahan kimia.
Selain itu, proses pengolahan juga cukup rumit untuk dimengerti oleh orang awam.
Karena itulah, pemerintah perlu mengupayakan alat
desalinasi yang lebih cocok diterapkan masyarakat kepulauan yang mayoritas berpenghasilan
rendah. Kabar terbaru menyatakan Pusat Teknologi Lingkungan (PTL) BPPT berhasil membangun pilot
plan Unit Pengolahan Air Payau Menjadi Air Siap Minum
dengan Kapasitas 10.000 – 20.000 liter per hari[5]. Hanya saja, alat tersebut baru bisa
diterapkan di Kabupaten
Barito Kuala (Batola). Semoga
ke depannya, pilot plan sistem pengolahan air payau itu bisa diaplikasikan di daerah lain, termasuk di
Kepulauan Seribu. Bagaimanapun juga, keberadaan
alat pengolah air laut sangat dinantikan warga Kepulauan Seribu, mengingat
minimnya pasokan air bersih di sana. Ketersediaan fasilitas air
bersih yang memadai, secara tidak langsung turut andil dalam pemeliharaan
kesehatan warga setempat.
Salah satu
teknologi pemurnian air terkini bin mutakhir adalah produk keluaran Unilever
yang bernama Pureit. Pureit itu semacam waterpurifier yang didesain sedemikian rupa mampu membunuh bakteri, virus dan parasit, hingga air tersebut aman kita konsumsi.
Keistimewaan dari pureit antara lain :
2) Air yang
hendak di-pureit-in tak perlu dimasak
3) Lebih murah
dan praktis karena tanpa menggunakan galon
4) Hemat gas,
jadi gas yang tadinya khusus memasak air, bisa dialihkan untuk memasak lainnya
5) Mudah
dipakai, kita tinggal menuangkan air tanah/PAM mentah ke dalam Pureit.
Perbandingan Keuntungan Pemakaian Pureit (sumber : http://www.pureitwater.com/ID/comparison-chart)
Lantas
bagaimana cara kerja Pureit itu? Pureit mensterilkan air lewat empat
tahapan yakni pertama, air mentah disaring dengan penyaring serat mikro,
agar kotoran/kuman musnah. Kedua, air mentah tadi difilter lapisan
karbon aktif, tujuannya untuk menghilangkan pestisida dan parasit-parasit
berbahaya. Ketiga, merupakan ‘gerakan bersih-bersih’ air dari semua
virus dan bakteri melalui Prosesor
Pembunuh Kuman alias ‘programmed disinfection technology’. Sementara tahap keempat, merupakan fase
penjernihan air agar tak berbau, dengan rasa yang segar nan alami.
Pureit, Sebuah Inovasi Dalam Teknologi Pengolahan Air (sumber : http://www.pureitwater.com)
Hebatnya lagi, keempat tahap pemurnian air itu dilakukan oleh alat yang disebut germkill kit, yang dirancang mampu menghasilkan 1500 liter air pada temperature air 25°C, dalam kondisi kelembaban normal. Setelah mencapai angka segitu, germkill kit harus diganti. Namun kita tak perlu khawatir bakal kelewatan, sebab Pureit diperkaya indikator unik, yang akan memberitahu kita waktunya mengganti germkill kit. Selain itu, bila germkill kit tak diganti tepat pada waktunya, Pureit masih bisa menghentikan aliran air secara otomatis, sampai penggantian germkill kit dilakukan. Penggantian tersebut semata-mata agar air yang dihasilkan terjamin keamanan dan kebersihannya.
Lantas,
dapatkah Pureit menghilangkan kandungan garam dari air? Atau bolehkah
menuangkan air payau ke dalam Pureit? Jawabannya ya, Pureit mampu
menyingkirkan material berbahaya, namun Pureit tidak bisa menghilangkan
sepenuhnya kandungan garam dari air. Bahkan Pureit tetap
mempertahankan beberapa jenis garam yang baik untuk kesehatan, seperti kalsium,
magnesium dan sodium. Jadi bisa dikatakan, kita boleh-boleh saja menuangkan air
payau ke dalam Pureit. Air tersebut akan terbebas dari kuman
berbahaya. Namun demikian, Pureit tak selalu dapat memperbaiki rasa air,
dan menuangkan air payau/air laut ke dalam Pureit lambat laun
mengakibatkan penyumbatan pada Pureit [6]. Dengan demikian, kesimpulannya
Pureit bisa jadi salah 1 alternatif media pengadaan air bersih bagi
warga Kepulauan Seribu karena sifatnya yang mampu mengusir kuman berbahaya.
Namun bila dikaitkan dengan ketahanan Pureit itu sendiri, tak disarankan
sering-sering menggunakan air payau/air laut untuk diolah oleh Pureit.
Meski demikian
keberadaan Pureit secara tidak langsung turut mengedukasi masyarakat agar
mengurangi pemakaian air galon maupun air minum dalam kemasan lainnya, yang
dalam jangka panjang bakal berdampak pada kelestarian sumber mata air
pegunungan. Selain itu, karena keandalan Pureit yang tak sampai
menggunakan energi listrik maupun gas serta harganya yang terjangkau, secara
tidak langsung masyarakat diajak untuk berhemat.
Mari bersama Pureit,
kita pastikan keamanan air minum keluarga dan turut mendukung pelestarian
lingkungan hidup!
NB : tulisan ini diikutkan dalam Lomba Blog #airpureit.
[2] Redaksi. Kemarau
Panjang, Kepulauan Seribu Krisis Air Bersih. http://www.lensaindonesia.com/2011/09/10/kemarau-panjang-kepulauan-seribu-krisis-air-bersih.html
[3] Redaksi. Warga Kep
Seribu Kesulitan Air Bersih. http://www.harianterbit.com/2012/09/19/warga-kep-seribu-kesulitan-air-bersih/
[4] http://asfarsyafar.blogspot.com/2012/03/kategori-pelajar-upaya-penanggulangan.html
[5] Redaksi. Solusi Air
Bersih BPPT Bagi Masyarakat Lupak, Ubah Air Asin dan Payau menjadi air siap
minum. .
http://www.bppt.go.id/index.php/component/content/article/62-teknologi-kelautan-dan-kedirgantaraan/1294-solusi-air-bersih-bppt-bagi-masyarakat-lupak-ubah-air-asin-dan-payau-menjadi-air-siap-minum[6] http://www.pureitwater.com/ID/faqs